Introduction
to English Literature
Periodenisasi
Inggris Kuno
![]() |
Disusun Oleh
Sri Winarsih/ F2A013004
S1 SASTRA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN BUDAYA ASING
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Daftar Isi
Halaman
Judul.........................................................................................................
|
i
|
Daftar Isi..................................................................................................................
|
ii
|
Bab I
Pendahuluan..................................................................................................
|
3
|
Latar Belakang.........................................................................................................
|
3
|
Rumusan
Masalah...................................................................................................
|
3
|
Tujuan......................................................................................................................
|
3
|
Bab II
Pembahasan..................................................................................................
|
4
|
Anglo –Saxon (450-1100)........................................................................................
|
4
|
Medieval
(1100-1500).............................................................................................
|
5
|
Masa Transisi (1400-1550)......................................................................................
|
6
|
Periode Renaissance
(1550-1620)...........................................................................
|
7
|
Periode Puritan
(1620-1660)...................................................................................
|
8
|
The Age of Reason
(1660-1780)..............................................................................
|
9
|
Romantisme
(1780-1830)........................................................................................
|
10
|
Periode Victoria
(1830-1880)..................................................................................
|
11
|
New Direction
(1880-1915).....................................................................................
|
13
|
Periode abad ke-20
(1915-).....................................................................................
|
14
|
Bab III
Penutup........................................................................................................
|
16
|
Kesimpulan..............................................................................................................
|
16
|
Daftar
pustaka.........................................................................................................
|
17
|
Bab I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Inggris
merupakan Negara yang maju dalam perekonomian maupun budayanya. Inggris juga
merupakan Negara yang banyak memberikan pengaruh kepada Negara-negara lain.
Sebelum mencapai kejayaan pada masa saat ini inggris juga mengalami masa sulit.
Dalam makalah ini penulis ingin menuliskan tentang sejarah perkembangan Negara
inggris. Selain sejarah inggris juga mempunyai banyak karya sastra yang harus
kita ketahui. Sebagai seorang mahasiswa sastra inggris kita wajib untuk
mempelajari dan mengetahui sejarah, budaya, dan kesusastraan inggris. Makalah
ini juga akan menjelaskan periodenisasi Inggris. Selain membahas mengenai
periodenisasi makalah ini juga akan membahas mengenai sastra di Inggris. Sastra
Inggris adalah sastra yang ditulis dalam bahasa Inggris termasuk sastra yang
disusun dalam bahasa Inggris oleh penulis yang tidak berkebangsaan Inggris
seperti Robert Burns dari Skotlandia, Joseph Conrad dari Polandia, dan Thomas
Pynchon dari Amerika. Tetapi walaupun begitu semua penulis dianggap penting
dalam sejarah sastra Inggris. Sastra Inggris sangat beragam seperti varietas
dan dialek Inggris yang digunakan di seluruh dunia di negara-negara yang
awalnya dijajah oleh Inggris. Namun meskipun terdapat banyak penulis sastra
Inggris, karya-karya William Shakespeare tetap penting di seluruh dunia
berbahasa Inggris.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja
periodenisasi Inggris?
2.
Siapa saja
sastrawan yang berpengaruh di Inggris?
3.
Bagaimana
inggris sebelum abad ke 20?
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui periodenisasi yang ada di Inggris.
2.
Untuk mengetaui
sastrawan-sastrawan yang berpengaruh di Inggris.
3.
Untuk
mengetahui Negara Inggris sebelum abad ke 20.
Bab II
PEMBAHASAN
Sejarah Inggris dan
periodenisasi Inggris sebelum abad ke 20:
1.
Anglo-Saxon
(450-1100). Tentara Romawi menemukan tanah Inggris dimana saat itu tanah
Inggris sudah terlebih dahulu dihuni oleh suku-bangsa Kelt (celtic) yang masih
memiliki hubungan kekerabatan dengan suku-bangsa Kelt yang berada di Eropa
bagian barat yang telah ditaklukan oleh bangsa Romawi. Masyarakat suku-bangsa Kelt
memperoleh peradaban melalui pemerintahan Romawi, namun kemudian saat kerajaan
Romawi hancur, tentara Romawi melepaskan diri dari Inggris secara permanen pada
abad ke-5 tepatnya pada tahun 410. Setelah itu, suku-bangsa Kelt peninggalan
kerajaan Romawi hancur pada tahun 600 disebabkan adanya beberapa serangan dari
berbagai wilayah, kemudian benar-benar jatuh ke tangan suku-bangsa Jerman yang
sebagian besar berasal dari wilayah Jerman Utara seperti Jutes, Angles, dan
Saxons.
Saat suku Germanik
menduduki wilayah Inggris, mereka membawa keluarga mereka beserta nilai-nilai
sosial yang mereka miliki, termasuk didalamnya karya sastra yang berupa sastra
lisan yang bercerita tentang tradisi adat, kepercayaan dan ritual-ritual yang
mereka miliki. Kesusasteraan yang hidup saat itu tergolong pada jenis karya
sastra berupa epic yang bercerita tentang kepahlawanan yang penuh keberanian
dilatarbelakangi oleh keadaan saat itu dimana perang antar perkampungan masih
sering terjadi untuk saling menduduki dan memperluas kerajaan-kerajaan kecil
yang ada di Inggris saat itu. Kisah-kisah tersebut diceritakan di sebuah
ruangan besar tempat berkumpulnya orang-orang yang mau menikmati kisah yang
diceritakan oleh penyanyi professional atau bards atau biasa juga
disebutscops.
Pada saat agama Kristen
masuk ke Inggris yang di bawa oleh misionaris Augustine yang dikirim oleh Paus
besar Gregory, sekolah-sekolah mulai didirikn oleh orang gereja. Pada saat itu
juga sastra-sastra lisan yang selama ini hanya diketahui oleh para scops akhirnya
ditulis kemudian disimpan sehingga saat ini kita masih dapat menikmati beberapa
karya sastra dari zaman Inggris Kuno. Salah satu epic yang sangat terkenal pada
masa itu adalah Beowulf.
Selain karya sastra epic, jenis karya
sastra prosa juga mulai berkembang menjelang akhir abad ke-9 yang merupakan
hasil kebudayaan Inggris di Northumbria yang berhasil diselamatkan oleh Raja
West Saxon – King Alfred, dari penyerangan orang-orang Skandinavia. Beberapa
karya yang berhasil diselamatkan oleh King Alfred dengan cara diterjemahkan
kedalam bahasa Inggris adalah “Pastoral Care” dan “Ecclesiastical History of
the English People” yang merupakan karangan Bede dalam bahasa Latin.
2.
Medieval
(1100-1500). Zaman Medieval atau pertengahan dimulai dari diambil alihnya
kekuasaan Inggris oleh William, Duke dari Normandia, Perancis. Saat menduduki
tanah Inggris, William mengambil alih seluruh wilayah dan lahan masyarakat
sehingga masyarakat yang menginginkan lahannya harus kembali membeli. Pada masa
ini, pihak Gereja masih tetap memiliki wilayah kekuasaannya sendiri, lahan
sendiri dan pajak yang legal, serta masih tetap menjalankan edukasi kepada
masyarakat di Inggris. Bahasa yang digunakan oleh kaum gerejawan merupakan
bahasa Latin, sedangkan para pendatang dari Perancis tetap menggunakan bahasa
mereka dan menolak untuk menggunakan bahasa Inggris. Sehingga pada saat itu,
William membagi penggunaan bahasa kedalam tiga kelas. Kelas atas yaitu para
pemimpin menggunakan Bahasa Perancis, sedangkan kaum gerejawan menggunakan
Bahasa Latin, dan golongan pribumi menggunakan Bahasa Inggris Pertengahan.
Kebijakan tersebut berdampak pada karya sastra yang dihasilkan pada masa
pertengahan.
Karya-karya sastra pada
abad pertengahan didominasi dengan karya yang menggunakan Bahasa Perancis. Pada
zaman itu, masyarakat pribumi yang ingin menikmati karya sastra hanya
bergantung pada scops yang masih tetap menjaga kisah-kisahheroik atau
epic dalam pikiran mereka kemudian kembali menceritakannya. Pada saat itu,
karya sastra kembali menjadi bentuk lisan dan masyarakat pribumi yang ingin
menikmatinya akan berkumpul dalam satu ruangan besar bersama-sama. Pada
pertengahan abad ke-13 terjadi persaingan antara kaum ningrat Inggris dan
Perancis yang memicu perang seratus tahun, namun hasil dari pertikaian tersebut
mengembalikan bahasa Inggris sebagai bahasa utama walaupun telah dipengaruhi
Bahasa Perancis, tepatnya pada abad ke-14.
Sastrawan yang terkenal
pada masa itu adalah Geoffrey Chaucer dengan karya masterpiece “The
Canterbury Tales”. Chaucer merupakan sastrawan yang besar pada masa pertengahan
yang mendapatkan pendidikan dengan baik dan memiliki kedekatan dengan
orang-orang yang berkuasa pada eranya. Karya besarnya “The Canterbury Tale”
dalam Samekto, Sejarah Kesusasteraan Inggris, bercerita tentang berbagai macam
tipe masyarakat yang ada pada masa itu yang diceritakan dengan penuh humor
namun realistis. Beberapa penyair ternama pada masa ini masih mengisahkan
kepahlawanan dalam karyanya, seperti Sir Thomas Mallory dalam “King Arthur and
His Knights” dan juga merupakan cerita pertama yang dicetak dalam bentuk buku
di Inggris oleh William Caxton.
3.
Masa
Transisi (1400-1550). Masa transisi merupakan masa dimana lahirnya dua
sastrawan Inggris yang ternama, Chaucer dan Shakespeare. Pada masa ini, lahir
berbagai karya sastra yang masih sangat dipengaruhi oleh sastrawan-sastrawan
Perancis dan tidak sedikit pula kebanyakan dari karya sastra masa ini meniru
karya Chaucer. Pada masa transisi ini, Chaucer masih dianggap sebagai sastrawan
ternama yang tidak tertandingi dan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap
sastrawan baru yang lahir pada masa itu.
Beberapa penyair berhasil dicetak pada
masa transisi, seperti John Lydgate (1370-1451) yang merupakan mengagum berat
Chaucer sehingga beberapa karyanya bercerita tentang nilai-nilai moral dan
keagamaan, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam karyanya masih terlihat
nyata kecondongannya terhadap penulis-penulis romance dari perancis. Ada juga
diantaranya pencipta alegori yang cukup ternama dan juga tokoh penting dalam pengukuhan
bahasa Inggris pada masa itu yaitu Stephen Hawes. Pengaruh Chaucer bukan hanya
di tanah Inggris namun berkembang hingga ke Skotlandia. Bahkan di Skotlandia
terdapat aliran dalam sastra yang dikenal dengan sebutan “Scottish Chaucerians”
seperti Robert Henryson (1430-1506) dengan karyanya “The testament of
Cresseide” dimana hingga tahun 1711 kebanyak pembaca masih mengira bahwa sajak
tersebut merupakan karya Chaucer. Bukan hanya Henryson, ada juga diantaranya
William Dunbar dan Gavin Douglas.
Adanya penyair yang begitu terpengaruhi
dengan Chaucer tidak menjadikan karya sastra Inggris menjadi monoton, karena
iklim sastra di Inggris mulia menunjukkan tema baru melalui munculnya
karya-karya Sir Tomas Wyatt dan Henry Howard, Earl of Surrey. Karya Sir Thomas
Wyatt yang terkenal adalah “Whoso list to hunt” yang didalamnya masih terdapat
bait yang bertuliskan bahasa Latin. Sedangkan karya Henry Howard , Earl of
Surrey yang cukup terkenal adalah ‘A Lovers Vow” yang bertemakan cinta. Henry
dan Surrey dalam karyanya dipengaruhi oleh penyair-penyair dari Itali
(Petrarch) dan mereka menggunakan soneta untuk sajak-sajak yang bertemakan
percintaan. Surrey merupakan salah satu penyair pertama yang menggunakan “blank
verse” dalam karya-karyanyanya, yaitu sajak tanpa rima yang terdiri dari lima
suku kata yang kemudian dalam setiap barisnya memiliki tekanan keras.
Penggunaan “blank verse” ini kemudian diikut oleh para sastrawan besar
setelahnya seperti Shakespeare.
4.
Periode
Renaissance (1550-1620). Periode Renaissance atau yang biasa juga disebut
sebagai zaman Elizabethan atau pencerahan merupakan periode dimana masyarakat
Inggris keluar dari zaman kegelapan (dark ages) dimana pemikiran
masyarakat pad amasa itu sangat sempit hanya sebatas wilayah atau negara di mana
mereka tinggal dan kebudayaan sangat terikat dengan aturan yang dibuat oleh
gereja. Masa Renaissance pada karya sastra lebih dahulu terjadi di Itali
terhadap manuskrip peninggalan Yunani dan Roma dimana mereka menghidupkan
kembali sekolah-sekolah yang berdasarkan pada pelajaran klasik dan filsafat dan
kemudian berkembang hingga ke Eropa Barat yang dibawa oleh orang-orang dari
Arab. Kejadian ini menekankan bahwa masyarakat dari Yunani dan Roma merupakan
masyarakat yang terpelajar, berbudaya dan kreatif sehingga kesadaran akan hal
tersebut mengembalikan semangat masyarakat untuk mengembangkan diri mereka
sebagai manusia.
Pada masa pencerahan ini, karya sastra
berkembang pesat dipicu dengan Ratu Elizabeth yang juga sangat mencintai music,
tarian, dan segala yang berbau seni termasuk karya sastra. Karya sastra yang
berkembang pesat pada zaman ini adalah jenis drama karena drama dianggap
sebagai perpaduan fikiran, perasaan, dan perbuatan dalam satu karya. Sastrawan
yang terkenal dalam bidang drama diantaranya sastrawan besar seperti
Christopher Marlowe, William Shakespeare, dan Ben Jonson. Marlowe merupakan
dramawan yang sangat besar yang lahir sebelum Shakespeare dan karyanya yang
paling terkenal adalah “Faustus”. Kemudian muncullah Shakespeare yang
menyempurnakan karya-karya Marlowe yang masih dianggap memiliki beberapa
kekurangan. Shakespeare sendiri sangat terkenal dengan beberapa drama
pertamanya yang dipentaskan seperti “Hamlet” dan “Machbet”. Setelah itu Ben
Jonson pun hadir menambah deretan dramawan besar Inggris dengan karya
ternamanya “Every man In His Humour”.
Dalam bidang lain seperti puisi,
penyair yang sangat dikenala adalah Edmun Spencer dengan puisinya yang berjudul
“The Faery Queen”. Pada masa ini, para penyair juga datang dari kalangan
kerajaan seperti Earl of Essex dengan karyanya “To Plead My Faith”, Sir Walter
Raleigh dengan “To Queen Elizabeth” dan Sir Philip Sydney dengan puisinya yang
berjudul “Heart Exchange”. Pada masa pencerahan ini bahkan Elizabeth I juga
berhasil menciptakan sebuah karya yang berjudul “When I Was Fair and Young”.
Masa kejayaan kasrya sastra terus berkembang pada masa pemerintahan Ratu
Elizabeth hingga akhirnya Ratu Elizabeth meninggal dan kerajaan dipimpin oleh
King James I dari Skotlandia.
5.
Periode
Puritan (1620-1660). Periode puritan atau yang biasa disebut “puritanisme”
merupakan sebuah masa dimana kaum puritan atau gerejawan mengambil alih
pemerintahan setelah memenangkan perang saudara dimana kaum puritan melawan
pemerintah yang saat itu dipimpin oleh James I dan Charles I. Kaum puritan yang
sudah tidak tahan lagi karena mendapat tekanan akhirnya melakukan perlawanan
dan setelah memenangkan perang saudara mereka mendirikan pemerintahan
“Commonwealth” yang dipimpin oleh Oliver Cromwell namun tidak berlangsung lama
karena hadirnya Charles Stuart yang menejadi Charles II yang kembali memulihkan
pemerintahan pada 29 May 1660.
Kesusasteraan yang dihasilkan pada masa
ini sangat berbeda jauh dengan karya yang dihasilkan pada masa sebelumnya,
yaitu masa Elizabeth, dimana kesusasteraan pada masa Puritan dibungkus dengan
kesedihan dan kemuraman sehingga karya sastra yang dihasilkan lebih bersifat
intelektual yang lebih menggunakan fikiran dari perasaan.
Beberapa penyair yang lahir pada masa
Puritan diantaranya John Donne (1573-1631) dengan puisinya yang berjudul
“Song”, “The Bait”, dan “The Canonization” yang jga menjadi pelopor dari gaya
metafisika dalam syair. Donne juga berhasil menciptakan beberapa sonnet dalam
“Holly Sonnet”. Selain Donne, ada juga beberapa diantaranya yang lahir setelah
kemunculan Donne, dianataranya seperti Richard Charsaw ((1613-1640) dan Abraham
Cowley (1618-1667) yang syair-syairnya berisi tentang agama dan cinta.
Diantara beberapa penyair yang lahir,
yang paling ternama adalah John Milton (1608-1674) yang biasa disampingkan
dengan Shakespeare. Hal ini tidak lebih karena Milton dan Shakespeare dinggap
merupakan dua jiwa yang sangat kuat dalam kesusasteraan yang sangat mewakili
masa mereka masing-masing yang karyanya penuh dengan keyakinan dan emosi yang
kuat. Karya-karya Milton yang terkenal diantaranya “On the Morning of Christ’s
Nativity”, “L’Allegro” dan “On His Having Arrived at the Age of Twenty-three”.
Kemudian diantara beberapa karyanya, yang terbesar adalah “Paradise Lost” yang
menceritakan hilangnya kehidupan beragama setelah pemerintahan Puritan turun
dan kembali ke tangan monarki yang dipimpin oleh Charles II. Kehidupan yang
penuh dengan hura-hura dan kesenangan yang tidak menggoyahkan imannya kepada
Tuhan yang kemudian mendorongnya menciptakan karya terbesarnya tersebut.
6.
The Age
of Reason (1650-1780). Istilah dari “The Age of Reason” lebih mengarah kepada
pengertian yang menekankan pada tingkah laku dan kepercayaan pada masa itu.
Setelah jatuhnya pemerintahan “Commonwealth” yang dipimpin oleh kaum Puritan,
pada masa ini, masyarakat menjadi sangatreasonable dimana mereka melakukan
segala sesuatu yang menurut mereka masuk akal dan mulai meninggalkan
mitos-mitos yang selama ini mereka percaya yang berasal dari gereja.
Fenomena-fenomena alam yang terjadi tidak lagi mereka percaya sebagai sebuah
kejadian karena kemarahan Tuhan atau sesuatu yang lebih bersifat metafisik. Hal
ini juga diperkuat dengan munculnya ilmuwan matematika, Isaac Newton pada tahun
1687 yang membuka cakrawala berpikir masyarakat pada masa itu.
The Age of
Reason mencakup masa Restorasi dan masa Agustus. Pada masa Restorasi
sendiri yang dipimpin oleh Charles II, para sastrawan mengalami kesulitan dalam
hal keuangan dan ketertarikan masyarakat pada karya sastra yang
bersifat Elizabethan. Masyarakat lebih menyukai karya-karya yang bercerita
tentang isu-isu yang sedang dibicarakan pada saat itu, bukan lagi sesuatu yang
penuh dengan dunia khayalan dan pada masa ini muncul pula kegemaran masyarakat
terhadap karya pantun.
Saat memasuki pasa Agustan,
dimana pemerintahan dipimpin oleh Ratu Anne dan George I, para penyair beralih
kepada gaya Augustan karena kesamaan politik dan keadaan sosial pad
asaat itu yang dianggap sama dengan keadaan di Roma dibawah kepemimpinna Caesar
Augustus. Penyair pada masa ini kebanyakan berasala dari kelangan kelas
menengah dan karya sastra yang lehir bersifat epos, satir, elegy, dan tragedy.
Kebanyakan karya sastra pada masa itu juga jelas menggambarkan perlawanan
masyarakat terhadap kaum bangsawan. Masa ini berlangsung pada masa revolusi
intelektual, sehingga rasianalisme menjadi aliran utama para sastrawan dan alhi
filsafat. Pada masa ini juga lahir sebuat media yang menuliskan
berita-berita yang sedang dibicarakan atau yang disebut surat kabar. Surat
kabar lahirnya didasarkan dari sifat masyarakat yang tidak mudah dipengaruhi
lagi oleh para bangsawan sehingga masyarakat memerlukan argument dan penjelasan
serta gagasan fakta-fakta yang masuk akal oleh para petinggi pemerintahan agar
mau memberikan suaranya untuk pemilihan. Penyair ternama saat itu adalah John
Dryden dengan “The Hind and The Panther”, Alexander Pope “Epistle to Miss
Blount” dan Samue Johnson dengan “Letter to Chesterfield”.
7.
Romantisme
(1780-1830). Periode Romantisme terjadi diantara akhir baaad ke-18 hingga awal
abad ke-19. Kebanyakan dari sastrawan masa Romantisme mengubah aliran mereka
dari aliran yang mereka ikuti pada masa The Age of Reason menjadi
aliran yang sesuai dengan masa itu, Romantisme yang lebih berani, individual,
memiliki pendekatakan imaginasi mengenai karya sastra dan kehidupan sekaligus.
Ide dari karya sastra pada masa
Romantisme adalah spontan, alami (tidak dibuat-buat), dan bebas sesuai dengan
kehendak (individual). Aliran tersebut lebih dipengaruhi atau didasarkan karena
adanya revolusi Perancis yang dimulai pada tahun 1789 dengan prinsip kebebasan,
persamaan dan persaudaraan. Hal inilah yang kemudian membuat para penyair di
Inggris merespon kesedihan masyarakat Perancis yang kemudian dimasukkan dalam
karya-karya mereka yang menuntut kebebasan individual tanpa adanya kelas-kelas
sosial di masyarakat sehingga terciptanya persaudaraan.
Pada masa ini, karya sastra yang banyak
lahir adalah puisi dari beberapa sastrawan ternama seperti William Blake
(1757-1827) dengan “From Song of Innocent” dan “From Song of Experience”,
William Wordsworth (1770-1850) “The World Is Too Much With Us”, Samuel Taylor
Coleridge (1772-1854) “Frost at Midnight”, Lord Byron (1788-1824) “When We Two
Parted”, John Keats (1795-1821) “The Ode on a Grecian Urn” dan Walter Scott
(1771-1832) “The Lay of the Last Minstrel”.
Selain puisi, prosa juga mengalami
perkembangan dalam masa ini dan tetap dengan nilai individualitasnya yang bebas
dan spontan serta tidak dibuat-buat. Contoh penulis prosa yang sangat terkenla
seperti Jane Austen (1775-1817) dengan karya-karyanya mengenai kehidupan rumah
tangga dama kesehariannya seperti “Pride and Prejudice”.
Sedang karya sastra dalam bentuk drama
bisa dikatakan tidak berkembang pada masa ini karena tidak adanya sebuah drama
yang dapat dikatakan sukses dan berhasil pada masa ini. Hal tersebut disebabkan
dari meningkatnya jumlah golongan kelas menengah sehingga drama menjadi kurang
digemari pada saat itu. Disamping itu, mada masa Romantisme dimana segala
aktifitas berpusat di rumah sehingga masyarakat sedikit lebih malas untuk
keluar rumah hanya untuk menikmati drama di panggung teater dan lebih memiliki
karya-karya sastra yang bisa dinikmati di dalam rumah seperti novel dan puisi.
8.
Periode
Victoria (1830-1880). Periode ini disebut sebagai periode Victoria karena
terjadi pada masa kepemimpinan Ratu Victoria yang dianggap sebagai jiwa dari
Inggris itu sendiri pada abad ke-19. Pada masa ini, Inggris kembali memegang
kedudukan tertinggi di dunia dibawah kepemimpinan Ratu Victoria, bahkan pada
waktu itu seorang penulis essay, T.B. Macaulay menyatakan bahwa Inggris
merupakan daerah dengan masyarakat yang memiliki peradaban tertinggi. Pada masa
ini juga terjadi revolusi industry yang membawa perkembangan ekonomi dan
teknologi industri yang pesat hingga ke seluruh dunia.
Pada masa ini, kalangan menengah
menjadi sebuah kalangan cukup penting dalam mendorong perekonomian Inggris dan
merupakan penikmat karya sastra yang besar dibandingkan dengan kalangan
bangsawan ataupun kalangan kelas bawah.
Karya sastra yang unggul pada masa ini
adalah prosa atau novel. Membaca novel menjadi sebuah kebiasaan yang tidak
dapat dihilangkan dari masyarakat Inggris pada masa Victoria. Novel-novel yang
terbit pada masa Victoria berisi nilai-nilai moral bagaimana seharusnya manusia
hidup dengan baik. Beberapa novelis yang dikategorikan sukses pada masa ini
adalah Charles Dickens (1812-1870) dengan “Oliver Twist”, William
Makepeace Thackeray (1811-1863) dengan “Henry Esmond” dan ‘Vanity Fair”, George
Elliot (1819-1880) dengan “Adam Bede” dan Charlotte Bronte (1816-1855) dengan
“Jane Eire”.
Pada masa ini, para penyair memiliki
masalah dalam permintaan yang lebih berat dari para novelis, dimana masyarakat
pada masa itu meminta relevansi terhadapa apa yang mereka baca. Sehingga timbul
masalah menganai kegunaan puisi itu sendiri dalam masyarakat. Puisi pada masa
ini banyak yang terkesan mengkritik, sebut saja salah satu penyair ternama pada
masa Victoria yaitu Alfred, Lord Tennyson (1809-1892) “The Princess”. Selain
Tennyson ada juga Robert Browning (1812-1889) “The Ring and The Book” yang
merupakan sajak terpanjang. Berikutnya adalah isteri dari Robert Browning,
Elizabeth Barret (1806-1861) “The Cry of the Children” dan Matthew Rnold
(1822-1888) “Dover Beach” serta adik dari noveli Charlotte Bronte yaitu Emily
Bronte (1818-1848) “The Night Wind”.
Untuk karya sastra dalam bentuk drama,
yang terkenal pada masa itu adalah Oscar Wilde (1854-1900) dengan ciri khasnya
yang menuliskan drama komedi seperti “The Important of Being Earnest”.
9.
New
Direction (1880-1915). Periode New Direction merupakan masa dimana
masyarakat kelas menengah yang mengambil alih kepemimpinan karena terpilih
secara demokrasi sedangkan kelas bangsawan tidak terpilih pada masa ini.
Pergantian kekuasaan ini mengubah system dari kepemilikan lahan oleh kaum
bangsawan menjadi pabrik-pabrik yang merupakan miliki dari kaum kelas menengah,
bank, dan para pekerja professional. Namun kejadian ini tidak berarti
menghentikan kemiskinan di Inggris, eksploitasi dan kemiskinan tetap terjadi
pada masyarakat yang tidak memiliki capital atau modal untuk berusaha. Saat
itulah dikatakan bahwa tahun 1880 merupakan masa berakhirnya Victoria atau
lebih dikenal dengan “The End of the Era”.
Memasuki masa baru, yang penuh dengan
modernitas, Inggris dikisahkan dalam beberapa karya sastra pada tahun 1880 dan
pada masa Perang Dunia I merupakan masa penemuan jati diri dimana segala
sesuatu menjadi tidak dapat diperkirakan, tidak terkontrol dan kacau. Masa ini
merupakan masa dimana segalanya berubah, budaya, nilai-nilai sosial hingga
ideology.
Sastrawan yang terkenal pada masa ini
adalah William Butler Yeats (1865-1939) yang merupakan penyair yang lebih
menekankan nilai estetis atau keindahan dari pada nilai moral dalam syairnya,
seperti dalam salah satu puisinya yang berjudul “The Lake Isle of Innisfree”.
Dalam bidang novel atau prosa, penulis ternama ialah Joseph Conrad (1857-1924)
dengan novelnya yang berjudul “The Secret Sharer”.
Memasuki karya sastra modern, terdapat
beberapa nama sastrawan besar selain Yeats dan Conrad, misalnya Rudyard Kipling
(1865-1936) yang dalam beberapa karyanya menceritakan mengenai peningkatan
stress yang dialami oleh masyarakat perkotaan di Inggris seperti yang
diceritakannya dalam novelnya yang berjudul “New Grub Street”. Selain itu ada
juga Herbert George Wells (1866-1946) dengan prosanya yang terkenal “The Time
Machine”.
Dalam bidang drama di
periode baru nda krusial New Direction ini, terkenal seorang pemikir
yang berkecimpung dalam bidang drama, Bernard Shaw (1856-1950) dengan judul
dramanya yang terkenal adalah “Pygmalion”.
10. Periode abad ke-20 (1915-). Pada masa ini Inggris telah
menjadi Negara besar yang berada pada puncak kejayaannya dan diakui di seluruh
dunia. Namun di balik kejayaan tersebut terdapat beberapa masalah yang timbul
akibat kemajuan ekomoni yang teknologi yang tinggi. Kaum-kaum menengah yang
kemudian menjadi kaum materialism yang memiliki modal besar atau biasa disebut
kaum borjuis,mulai menekan kaum miskin atau yang biasa disebut dengan proletar.
Pada akhir abad ke-20 juga terjadi tekanan ekonomi yang sangat kuat di Inggris
yang menyebabkan banyaknya pengangguran.
Karya sastra pada masa ini, khususnya
puisi mengalami sebuah musim yang biasa disebut “war poetry” yang dimana
puisi-puisi pada masa itu hasil karya Siegfried Sassoon (1886-1967), Wilfred
Owen (1893-1918) dan beberapa diantaranya menuliskan puisi di zaman modern yang
bercerita tentang perang, kesedihan, yang mencerminkan pengalaman yang
mengerikan mengenai perang dunia. Sassoon misalnya menuliskan kengerian dan
kebengisan perang yang dialaminya sebagai anggota tentara dalam puisinya yang
berjudul “Suicide in the Trenches” dan Owen dengan “The Next War”. Penyair yang
paling ternama yang muncul pada masa modernitas ini adalah T.S Elliot
(1888-1965) dengan “The Hollow Man”.
Puisi mada abad modern ini kurang
digemari dan masyarakat pada masa ini lebih memilih untuk membaca novel. Hal
tersebut disebabkan karena pada masa modern tersebut penulisan novel mengalami
perkembangan dalam tekhnik penulisannya. Terdapat tiga jenis tekhnik penulisan
pada saat itu seperti tekhnik surat, otobiografi dan mata tuhan. Ketiga tekhnik
tersebut kemudian dikembangkan lagi hingga tercipta tekhnik baru yang
disebut arus kesadaran atau monolog dalam kesadaran yang menjadikan novel
sangat berkembang pada masa modern sehingga memberikan berbagai macam warna
baru dalam cerita maupun penulisan yang menarik dan tidak membosankan. Beberapa
novelis ternama pada era modern adalah diantaranya David Herbert Lawrence (1885-1930)
dengan novelnya yang berjudul “Lady Chatterley’s Lover”, George Orwell
(1903-1949) dengan novelnya yang ternama hingga sekarang “Animal Farm” dan ada
pula James Joyce ((1882-1941) dengan karyanya yang terkenal “Ulysses”.
Dalam masa ini, drama akhirnya
mengalami perkembangan dengan lahirnya beberapa penulis drama ternama seperti
James Matthew Barrie (1860-1937) dengan dramanya “Peter Pan” dan John Milton
Synge (1871-1909) dengan “The Playboy of the Western World”.
Bab III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam
kesusastraan Inggris dan dunia, kondisi sosial-politik, diketahui sangat
mempengaruhi karya-karya sastra di dalam setiap periodenya.Keanekaragaman jenis
karya masing-masing sastrawan membuat karya-karya sastra pada periode
berikutnya semakin berkembang sesuai dengan kondisi zaman.
Selain
itu, periodesasi juga menunjukkan karya sastra menempatkan dirinya di tengah
hegemoni masyarakat, khususnya di Indonesia. Dengan mempelajari periodesasi
sastra, dapat di teliti perkembangan sastra dan pengaruhnya sesuai dengan
zamannya.
Di
Inggris banyak ditemukan sastrawan-sastrawan hebat yang sangat mempengaruhi
perkembangan karya sastra di Inggris. Salah satunya yaitu William Shakespeare
yang sangat dikenal oleh dunia melalui karya-karyanya, dan karyanya yang paling
terkenal sampai sekarang yaitu Romeo and Juliet. Karya sastra tersebut juga
difilmkan karena ceritanya yang menarik dan mempunyai nilai sastra yang tinggi.
Daftar Pustaka
Curry. 1985. Highlihts of American Literature.
Washington, D.C.
McDonnell, Hellen, et, al. 1979. England in
Literature. United States of America.
Miller, James. E, et, al. 1979. United States In
Literature. United States of America.
Samekto. 1974. Ikhtisar: Sejarah Kesusasteraan Inggris.
PT. Gramedia: Jakarta.
VanSpankeren, Kathryn. Gris Besar Kesusasteraan
Amerika. Lembaga Penerangan Amerika Serikat: Jakarta.
Wiley, John and Sons. 1982. An Introdusction to
Australian Literature. Melbourne.
https://knowlymarch.wordpress.com/2014/06/26/introduction-to-literature-england-united-states-of-america-australia/
http://freshliterature.blogspot.co.id/2010/10/masa-romantisme.html
http://rendiforevahwhatevah.blogspot.co.id/2011/10/periodesasi-sastra-inggris.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar